Bisnis-Bisnis Ahok, Menggurita Dari Bisnis Sawit, Semen Hingga Properti




Orang ini merupakan pengusaha besar di bisnis perkebunan sawit. Namanya memang jarang terdengar, sosoknya sangat low profile dan minimal publikasi.  Tapi ia adalah salah satu ikon penting industri sawit di Indonesia. Bukan karena ia punya kebun sawit terluas di Indonesia. Dari sisi kepemilikan kebun bisa jadi masih kalah dari Sinarmas Group, Salim dan Astra. Ia pengusaha hebat karena menguasai industri perdagangan dan pengolahan hasil sawit, termasuk industry refinery-nya. Perusahaan yang ia bangun merupakan pembeli terbesar minyak CPO dari berbagai pemilik kebun dan pabrik sawit di Indonesia. 

Ia memang sosok yang menarik  karena di saat usianya baru 40 tahun saat itu sudah mampu mengendalikan bisnis beromset miliaran dolar. Perusahaan yang ia bangun mengolah dan mengekspornya ke berbaga belahan dunia, jadi  tak sekadar jagoan lokal.  Group perusahaan yang ia bangun sudah menjadi pemain global, mempunyai tak kurang dari 160 pabrik pemrosesan minyak sawit dan minyak nabati di berbagai negara termasuk Indonesia, Malaysia, China dan India. Ia disebut-sebut sebagai salah satu orang terkaya di Sumatera dan Indonesia. 

Orang sukses yang satu ini bukan datang dari keluarga yang sangat kaya. Orang tuanya adalah pemilik toko UD Sadar di Pematang Siantar – toko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari di kota di Sumatera Utara. Pengusaha sukses yang dimaksud ini ialah  Thio Seng Hap alias Martua Sitorus.  Di Pematang Siantar orang lebih mengenal Martua sebagai Ahok, anak kedua dari lima bersaudara. Ia memang pengusaha yang dibesarkan di kota Pematang Siantar. 

Ahok merupakan lulusan Fakultas Ekonomi HKBP Nommensen Medan. Setamat kuliah, Ahok memulai bisnis kecil-kecilan di PTPN VI, di bidang pengangkutan minyak sawit. “Beliau memang betul-betul self-made man, membangun dirinya sendiri dan tahu apa yang diperbuat. Waktu mahasiswa, dia belajar dengan baik, dan ketika berbisnis juga berbisnis dengan baik," kata sumber yang tahu banyak tentang pengusaha ini.


Siapa sebenarnya Ahok dan bagaimana ia memulai usaha?



Lahir dan tumbuh dari keluarga pedagang di Pematang Siantar, Sumatera Utara, Ahok memang punya semangat bisnis sejak muda. Orang tuanya memberi modal  ke untuk bisnis angkutan truk. Ia diminta ayahnya untuk belajar mengelola bisnis sendiri, sehingga Ahok diserahi mengelola usaha penyewaan truk dari sekala kecil. Truk-truk itu ia sewakan di sekitar Medana kota dimana banyak butuh armada transport untuk CPO dan kelapa sawit. Usaha itu ia kelola dengan baik. 

Di akhir 1980-an, Ahok mulai mencoba membuka pabrik palm kernel (produk sampingan kelapa sawit) skala kecil-kecilan dengan produksi sekitar 40 ton/hari di Belawan.  Ahok kemudian juga juga mulai belajar dagang minyak goreng yang dibeli dari Grup Salim dan Grup Sinarmas – dari sinilah Martua punya jejaring dengan dua grup besar itu. Darisana ia mulai makin mengetahui jaringan perdagangan CPO dan sawit dimana urusan transportasi ia sudah kuasai sebelumnya.  Ia belajar step by step.

Ketika mulai membuka pabrik palm kernel itu pulalah Ahok kenal dengan William Kuok, keponakan Robert Kuok, raja minyak sawit dan raja gula di Malaysia (Kuok Brothers) yang sangat terkenal di dunia. William adalah Direktur Pengelola Kuok Group, sehingga memang sangat berpengalaman dan dikenal secara internasional. Karena berselisih paham dengan Robert, dia keluar dan merintis usaha sendiri yang kemudian bertemu dengan Ahok.


Martua Sitorus (Ahok)
 

Ahok dan William rupanya berjodoh. Mereka kemudian bergandengan tangan di tahun 1991, melahirkan Karya Praja Nelayan (Grup KPN) yang berbasis di Medan. Beberapa perusahaan yang mereka dirikan saat itu di antaranya PT Bukit Kapur Reksa di Dumai; PT Multi Nabati Asahan (Tanjung Balai Asahan); dan PT Sinar Alam Permai (Palembang) yang membuat palm kernel. Tahun 1992, mereka membangun pabrik penyulingan PT Bukit Kapur Reksa di Dumai.




Kehebatan Ahok alias Martua, menurut sumber yang tak mau disebut namanya, merupakan anak muda yang low profile, pekerja keras dan punya lobi yang bagus di sejumlah perusahaan perkebunan (PTP). Di KPN, meski menjadi dirut, ia  biasa terjun langsung dalam segala hal. “Semua dia tangani, tapi tetap ada tim manajemennya, menguasai secara detail seperti bisnis orang-orang Cina pada umumnya,” katanya. Faktor utama mengapa Wilmar cepat membesar adalah karena Martua menguasai local sourcing; sedangkan William menguasai pemasaran dan finansial termasuk dengan jaringan perbankan di luar negeri. Maklum, William sudah punya nama saat di Kuok Group. “Itulah alasan mengapa Wilmar bisa terbang sehebat sekarang, karena dikelola dua orang hebat,” kata sumber ini.

Banyak pihak mengakui, Wilmar merupakan salah satu perusahaan agrobisnis terbesar di Asia, dengan pemasaran mencakup Asia, Eropa dan Afrika. Ahok adalah sosok yang hebat sehingga bisa membesarkan Wilmar. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa Ahok juga adalah sosok orang yang diperhitungkan di negeri Di Malaysia dan kenal baik kalangan menteri disana jiran. Dari masih muda, ia sangat gesit  dan energik.

Yang menarik, Wilmar memulai bisnis dari hilirnya dulu, bukan di perkebunannya (hulu). “Sekarang sudah masuk biodiesel, pupuk NPK, refinasi, dan sebagainya:, 


Salah satu kunci sukses Wilmar karena merekrut orang-orang yang kapabel sehingga bisa menangani perusahaan yang sangat cepat bergerak, terintegrasi vertikal dan horisontal dengan baik. Jaringan internasionalnya – khususnya sumber finansial – sangat kuat. “Jika tidak kuat sumber finansialnya, tidak mungkin bisa melakukan perdagangan dan akuisisi perusahaan,” ujar Bungaran. Di bisnis perkebunan sawit, Wilmar tidak membangun sendiri, tetapi membeli. “Dia mau cepat. Kalau membangun sendiri akan lama. Dia beli kemudian diperbaiki. Karena sudah punya pasar, soal uang tidak ada kesulitan,”.


Wilmar termasuk perusahaan ideal karena tidak hanya bergerak di Indonesia, melainkan pemain global dan disegani di dunia. Mereka perusahaan trading yang kuat, dipercaya pelanggan dan mau mengembangkan infrastruktur. “Martua orang pertama yang membuat pelabuhan kelapa sawit. Dia sudah berpikir ketika orang lain belum,” tutur sebuah sumber.


Wilmar sejatinya adalah sebuah grup perusahaan dengan dua wajah: Indonesia dan Malaysia. Maklum pendirinya memang dua orang, yang satu dari Indonesia yakni Ahok alias Martua Sitorus yang asal Medan, dan satunya lagi dari Malaysia, Kuok Khoon Hong alias William Kuok. Begitu pula dengan nama Wilmar, yang singkatan dari Wil(liam) dan Mar(tua). Dua entrepreneur hebat inilah yang sekarang sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan bisnis minyak nabati olahan dunia. Apalagi Wilmar baru saja menjalin aliansi dengan Archer Daniels Midland Company, perusahaan minyak nabati olahan terbesar dunia yang masuk Fortune 100.


Perusahaan ini  tidak sekadar bergerak dari atas ke bawah (hulu ke hilir) tetapi ke kanan dan ke kiri. Artinya, bisnis-bisnis lain juga dikembangkan, seperti pupuk NPK Sentana sekitar tahun 2004, pabrik biodiesel sejak tahun 2005, dan saat ini sedang bergerak ke bisnis chemical oil. Wilmar juga didukung infrastruktur yang cukup kuat, baik untuk transportasi laut maupun darat. Pihaknya memiliki beberapa kapal tanker berkapasitas 10-20 ribu ton, dan segera membeli kapal berkapasitas di atas 30 ribu ton.

Soal strategi investasi, Wilmar agak sedikit berbeda dari perusahaan kelapa sawit lain, karena memiliki strategi investasi jangka panjang. “Kami tidak berpikir investasi sekarang harus balik modal tiga tahun lagi. Kami berpikir benar-benar bahwa investasi kami strategis,” ujar sumber itu. Sebagai contoh, Wilmar menginvestasikan jutaan dolar untuk pengembangan infrastruktur kawasan industri Dumai. Tidak banyak perusahaan yang mau melakukannya lantaran mahal dan return-nya lama. Namun, bagi Wilmar kawasan industri Dumai bakal menjadi kawasan terintegrasi minyak kelapa sawit yang lengkap.

Wilmar listing di Singapura karena bursa Singapura lebih likuid dan stabil. Singapura selalu menjadi tempat yang strategis. Kendati demikian, kegiatan operasional di Indonesia tetap dilakukan di Medan. “Singapura hanya sebagai headquarter untuk konsolidasi, tetapi semua keputusan diambil di masing-masing unit,” katanya. Ke depan, Wilmar akan konsisten mengembangkan perkebunan selama arealnya tersedia dan masih dalam koridor hukum. “Per tahun kami berencana membangun kebun kelapa sawit 30-40 ribu ha.”

Yang menarik, cepatnya pertumbuhan bisnis Wilmar diiringi pula kinerja keuangan yang terus kinclong. Tentu saja hal itu menjadi berita gembira bagi investor publik yang memegang sahamnya. Per Desember 2007, angka return on average asset Wilmar 13,3% dan semester I/2008 meningkat menjadi 16,6%. Lalu, dilihat dari return on average capital employed, tahun 2007 sebesar 11,5%, sementara semester I/2008 menjadi 14,9%. Tak hanya itu, dari parameter angka NAV per saham, Desember 2007 sebesar 122,9% dan semester I/2008 mencapai 132,1%.


Bisnis utama group ini adalah perdagangan, pemrosesan minyak sawit dan minyak nabati, selain bisnis perkebunan tentunya. Bisnis perdagangan dan pemrosesannya punya pendapatan yang jauh lebih besar ketimbang bisnis perkebunannya yang hanya berkontribusi 5% dari total pendapatan grup ini. Di China, sebut contoh, grup ini dikabarkan tak kurang punya 20 pabrik penyulingan. Belum termasuk yang di Indonesia dan Malaysia. Perusahaan ini punya land bank perkebunan 500 ribu ha di beberapa negara – sebagian besar di Indonesia dan Malaysia. Luas kebunnya yang sudah tertanami per kuartal II/2008 mencapai 215 ribu ha, dan kebun yang sudah panen 137,7 ribu ha. Mereka memasarkan produknya ke 50 negara di dunia dengan fokus di lima area: Indonesia, Malaysia, Cina, India dan Eropa. Dari sisi total revenue secara group,  tentu sudah di level milyaran dollar, bukan jutaan dollar. 


Di luar itu Ahok juga mendirikan divisi lain, Gama Group,  bersama adik kandungnya, Ganda Sitorus. Bisnisnya antara lain terdiri dari bisnis properti (Gama Land),  semen (PT Cemindo Gemilang),  perkebunan sawit, pertambangan, bisnis jalan tol, dll. Produknya semennya, semen Merah Putih, juga sudah banyak beredar.  

Group Gama Group ini semakin aktif membidik peluang di bisnis properti. Group usaha yang awalnya hanya mengelola bisnis seperti agrobisnis dan trading komoditi sawit ini sekarang makin sibuk menggeluti bisnis properti melalui anak usahanya Gamaland. 

Sebelumnya Gamaland sukses menyelesaikan proyek mercusuar berupa Gama Tower, sebuah gedung tertinggi di Indonesia, berlokasi di bilangan Jl Rasuna Said, yang menggabungkan konsep perkantoran dan perkantoran (Hotel Westin). Gamaland dikabarkan menghabiskan fulus Rp 2 triliun untuk mendirikan Gama Tower tersebut. Gamaland memiliki sejumlah properti, terutama di Indoonsia. Proyek yang dikembangkan meliputi kawasan industri skala besar, gedung perkantoran kelas atas, hotel-hotel terkenal dan kompleks perumahan mewah. Belakangan juga melakukan ekspansi ke pengembangan segmen real estat. Lalu, 

Gamaland sebelumnya juga sudah telah sukses menggarap sejumlah proyek besar di dalam dan luar negeri. Untuk dalam negeri, antara lain Menara Multivision di Jakarta dan Hotel JW Marriott di Medan.  Juga membangun ARANDRA Residence, di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Yang terbaru, Gamaland juga dikabarkan membangun The Aviva Tower di London, Inggris. The Aviva Tower yang juga dikenal sebagai Helen's akan diruntuhkan untuk memberi ruang bagi pencakar langit yang dirancang sebagai menara perkantoran tersebut. Pengembang akan membangun gedung setinggi 304 meter, sedikit lebih rendah dari bangunan The Shard di selatan Sungai Thames yang menjulang 309 meter. Group Gamaland memang mengembangkan properti di sejumlah negara, tak hanya di Indonesia.


Tak ada salahnya pengusaha muda belajar dari sosok Ahok alias Martua Sitorus,, pemuda Siantar yang sukses merajai industri perkebunan sawit di Indonesia yang juga menjadi  pemain berkelas global. Kerja keras, kedisipilinannya,  kejeliaannya dalam mencari partner bisnis, kejeliannya melihat peluang, serta keberaniannya untuk berbisnis di level global, layak diacungi jempol.  

#bisnis-bisnis ahok #macam-macam bisnis ahok #gurita bisnis ahok

Bacaan Terkait:

Lebih baru Lebih lama